TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

【Kanal YouTube TBSNTV Indonesia Resmi Terbentuk】

Kabar Gembira!

Berkat Mahadhistana Mulacarya Zhenfo Zong Dharmaraja Liansheng, pada hari ini, 18 Mei 2020, umat Zhenfo Zong di seluruh Indonesia patut merayakan hari yang berbahagia ini, sebab YouTube TBSNTV Indonesia telah resmi terbentuk!

Kita mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh relawan Bodhisatwa yang telah memberikan kontribusi dan sumbangsih tanpa kenal lelah!

Buddha Guru pernah bersabda: “Membabarkan Dharma Tantra Zhenfo adalah tugas setiap siswa Zhenfo Zong.”

Mari kita semua beramai-ramai berlangganan (subscribe) dan menyebarluaskan kanal YouTube TBSNTV Indonesia di situs internet:
youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

Jasa pahala ini didedikasikan kepada Buddha Guru: semoga Buddha menetap di dunia, Buddha Guru sehat selalu, senantiasa memutar Dharmacakra, dan menyelamatkan makhluk luas.

id.tbsn.org/message/detail/389/%E3%80%90Saluran_Yo…


TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟕 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐁𝐨𝐝𝐡𝐢𝐬𝐚𝐭𝐰𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐩𝐫𝐚𝐭𝐢𝐬𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Pada tanggal 7 Desember 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) di Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩). Usai Homa paripurna, Dharmaraja mengumumkan bahwa hari Minggu besar, 14 Desember 2025, pukul 3 sore, akan menyelenggarakan Upacara Homa Vajra Kalacakra (Shilun Jin’gang/時輪金剛).

Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan: “Wah! Sudah lama tidak menggelar Homa Vajra Kalacakra.” Beliau mengenang Guru Thubten Dhargye pernah berpesan, untuk membabarkan Sadhana Kalacakra di seluruh benua di dunia. Dharmaraja menekankan, Sadhana Vajra Kalacakra termasyhur dengan Sadhana Mencapai Kebuddhaan Dalam Tujuh Kehidupan, asalkan pernah menerima abhiseka ini, tidak peduli bagaimana pun, dalam tujuh kehidupan pasti menjadi Buddha, oleh karena itu, upacara homa minggu depan, sangat penting.

Dharmaraja mengungkapkan keistimewaan Istadewata hari ini, Bodhisatwa Mahapratisara: “Sesungguhnya homa hari ini juga sangat penting, Bodhisatwa Mahapratisara, bagaimana Anda memohon, maka begitu lah Beliau menganugerahkan kepada Anda, inilah Bodhisatwa Mahapratisara.” Kemudian, Dharmaraja memberitahukan mudra dari Vajra Kalacakra, Istadewata homa minggu depan, dan memperagakan mudra tersebut, mengungkapkan bahwa mudra ini merupakan salah satu mudra di antara Delapan Mudra Utama Bodhisatwa Mahapratisara. Lebih lanjut, Dharmaraja mengajarkan Mantra Dasa Aksara Kalacakra: “Om. Ha. Ka Ma La. Wa La Ya. Suo Ha.”, Mantra Dasa Aksara ini terdiri dari sepuluh aksara, tiap aksara mengandung makna istimewa. Dharmaraja Lian Sheng menekankan, Vajra Kalacakra adalah Vajra yang sangat termasyhur, dipandang sebagai salah satu di antara Panca Maha Vajra, dan dihormati dalam beberapa silsilah.

Dharmaraja membabarkan Asta Mudra Pratisara, dalam homa, Beliau membentuk Asta Mudra ini, termasuk di antaranya, Mudra Panca Sula Dalam, Mudra Kalacakra, dan lain-lain, dan setelah membentuk Asta Mudra, dilanjutkan dengan membentuk Mudra Sutra Sanskerta, dan menggosoknya sebanyak tiga kali, ini bisa menyentuh Hati Mula Bodhisatwa, sehingga permohonan sadhaka bisa memperoleh yoga.

Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan nama lengkap Sutra Bodhisatwa Mahapratisara: “Sutra Dharani Mudra Hati Mahapartisara Aparajita Maha Vidyarajni Dengan Nyala Suci Menerangi Semesta”. Dharmaraja mengungkapkan, bahwa dalam Sutra tersebut, saat Rahula, putra Buddha Sakyamuni, masih berada dalam rahim Sang Ibu, dimasukkan ke dalam kobaran api, dengan mengandalkan batin merapal Mantra Mahapratisara: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Api pun padam, dan kobaran api berubah menjadi kolam padma, ini menandakan daya gaib mantra yang luar biasa.

Dharmaraja menekankan, pahala Bodhisatwa Mahapratisara yang terutama adalah Dharani Yang Maha Leluasa Dalam Mengabulkan Harapan. Dalam Sutra disebutkan, mendengar, menerima, merapal, mempertahankan, menyalin, dan menyebarluaskan mantra ini, dapat memperoleh banyak pahala, seperti tidak celaka oleh api dan racun, dapat menaklukkan musuh, menghancurkan neraka anantarya, keselamatan bersalin, terhindar dari masalah yang disebabkan oleh raja, dan lain sebagainya. Dharmaraja mengingatkan, meskipun Beliau dapat mengabulkan harapan insan, tetapi sadhaka wajib tahu batas, tidak boleh memohon sembarangan.

Mahaguru Lu masuk melalui makna mendasar Dharma Buddha, berbagi pemahaman akan Sutra Surangama. Sutra mengumpamakan tubuh jasmani yang dilahirkan oleh orang tua sebagai: “Sebutir debu di angkasa”, dan “Satu buih air di samudra”, setiap saat bisa lenyap, tidak kekal. Merenungkannya, Dharmaraja mengungkapkan: “Apa yang masih Anda lekati? Apa yang Aku risaukan?” Beliau berbincang dengan Mahadewi Yaochi, hidup ini ibarat ilusi mimpi, di malam hari masih ada mimpi lagi, sungguh merupakan: mimpi dalam mimpi, segalanya kecil semata. Beliau menggunakan perbandingan, astronot di luar angkasa, melihat ke bumi, tampak sangat kecil, memandang insan di dunia masih terus berselisih, sungguh absurd.

Dharmaraja menyimpulkan, Sang Buddha mengajarkan kepada kita, hidup di dunia saha ini hanya sebutir debu, satu bulir buih, sesungguhnya kita ada dalam mimpi, segalanya tiada, sekarang juga sedang bermimpi, mimpi dalam mimpi. Oleh karena itu, tidak ada yang pantas untuk dilekati, juga tidak patut dirisaukan. Dharmaraja Lian Sheng menasihati semua, mesti bisa menyadari dan ikhlas, jika tidak, Anda akan diikat oleh kerisauan dan kemelekatan, lebih baik melepas duka, dan lebih berbahagia.

Dharmaraja mengungkapkan hal lucu, Beliau pernah diramalkan akan mangkat pada usia 73, kini sudah melewati 80 tahun dan hidup sangat baik. Beliau menyemangati semua, lihatlah dengan jelas bahwa hidup ini ibarat mimpi dan tidak kekal, tidak perlu takut, lepaskan kerisauan dan kemelekatan, “Setiap hari cukup menjalani keseharian dengan penuh makna.”

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...


Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3056/7_Desember_2025_Upaca…

3 days ago | [YT] | 223

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟔 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐏𝐮𝐣𝐚𝐛𝐚𝐤𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐝𝐞𝐰𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐨𝐝𝐡𝐢𝐬𝐚𝐭𝐰𝐚 𝐀𝐯𝐚𝐥𝐨𝐤𝐢𝐭𝐞𝐬𝐯𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐞𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐋𝐢𝐧𝐠 𝐒𝐡𝐞𝐧 𝐂𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐳𝐞 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan Lian Yan (蓮妍)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)

Pada tanggal 6 Desember 2025, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple menggelar Pujabakti Sadhana Istadevata Bodhisatwa Avalokitesvara (Guanshiyin Pusa/觀世音菩薩), Dharmaraja Lian Sheng membabarkan, akhir-akhir ini dunia didera berbagai bencana, seperti kebakaran besar di Wang Fuk Court di Hong Kong, dan banjir besar di berbagai wilayah, seperti di kotapraja Guangfu, Hualian, Taiwan, serta di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Ada pula bencana angin dan gempa bumi, dan tentu saja Sheng-Yen Lu Foundation melakukan karya amal, tetapi kadang ada yang luput dari perhatian, oleh karena itu, saya ingin mengatakan, bagi segenap umat di dunia, jika di wilayah Anda terjadi bencana, gunakan dana yang hendak dipersembahkan kepada Mahaguru Lian Sheng, langsung donasikan kepada lembaga setempat yang bertanggung jawab menangani upaya pertolongan bencana, menggunakan nama siapa saja boleh, boleh juga menggunakan nama Mahaguru Lian Sheng atau nama tempat ibadah, kemudian cukup melaporkan tanda terimanya kepada saya. Kelak cukup demikian, dana yang hendak dipersembahkan kepada Mahaguru, tidak perlu dibawa untuk Mahaguru, langsung saja dipersembahkan kepada para penduduk terdampak bencana.

Dharmaraja Lian Sheng mengatakan, di mana pun terjadi bencana, ada korban jiwa, maka diri ini akan lakukan penyeberangan arwah, juga tidak perlu memberikan persembahan dana, diri ini sudah tentu melakukan penyeberangan bagi korban musibah. Jika Anda ingin memberi persembahan kepada Mahaguru Lian Sheng, langsung serahkan kepada lembaga yang menangani upaya pertolongan terdampak bencana, tiap negara seperti ini, di negara mana terjadi bencana, maka kita lakukan seperti ini.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya: Waktu Dana Amerta di wihara bersifat tetap, tetapi karena siswa sibuk bekerja, menyebabkan waktu Dana Amerta sering tidak tetap, mohon petunjuknya, apakah dalam kondisi ini sesuai untuk melanjutkan Dana Amerta?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab: Boleh. “Tamu” Anda, semua akan menunggu di sana, ketika Anda sudah datang, mereka akan tahu. Saat Anda hendak mulai melakukan Dana Amerta, mereka juga tahu, oleh karena itu tidak apa-apa.

Siswa bertanya: Penyempurnaan papan arwah pada altar penyeberangan dengan menggunakan tongkat kuasa dalam ritual pertobatan, apa fungsi dan makna dari tongkat kuasa?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab: Tidak ada yang tahu apa yang Anda maksud dengan tongkat kuasa, tulis yang lebih jelas, apa yang dimaksud dengan tongkat kuasa.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan dalam tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3055/6_Desember_2025_Pujab…

3 days ago | [YT] | 139

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝐉𝐚𝐝𝐰𝐚𝐥 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐃𝐡𝐚𝐫𝐦𝐚𝐫𝐚𝐣𝐚 𝐋𝐢𝐚𝐧 𝐒𝐡𝐞𝐧𝐠 𝐁𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐧𝐮𝐚𝐫𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟔 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

◎ Minggu, 4 Januari 2026, pukul 15:00 Waktu Seattle
Upacara Homa Buddha Amitabha (Amituofo/阿彌陀佛)

◎ Minggu, 11 Januari 2026, pukul 15:00 Waktu Seattle
Upacara Homa Jambhala Merah (Hongcaishen/紅財神)

◎ Minggu, 18 Januari 2026, pukul 15:00 Waktu Seattle
Upacara Homa Vidyarajni Mahamayuri (Kongque Mingwang/孔雀明王)

◎ Minggu, 25 Januari 2026, pukul 15:00 Waktu Seattle
Upacara Homa Mahadewi Yaochi (Yaochijinmu/瑤池金母)

Sumber: id.tbsn.org/message/detail/1572/Jadwal_Homa_Dharma…

3 days ago | [YT] | 58

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝐀𝐜𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐋𝐢𝐚𝐧 𝐇𝐞 - 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐁𝐮𝐝𝐝𝐡𝐚 𝐀𝐦𝐢𝐭𝐚𝐲𝐮𝐬 𝐌𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐁𝐮𝐝𝐝𝐡𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐝𝐢 𝐃𝐮𝐧𝐢𝐚

Dalam Dharmadesana baru-baru ini, Mulacarya Lian Sheng berwelas asih mengungkapkan:
"Jika ingin perpanjangan usia demi Mahaguru, bisa banyak merapal Mantra Hati Buddha Amitayus, dan banyak menekuni Sadhana Buddha Amitayus..."

True Buddha Foundation (TBF) menggelar kegiatan Mohon Buddha Menetap di Dunia, segenap siswa di seluruh dunia merapal Mantra Hati Buddha Amitayus.
Mengajak segenap Acarya, dan seluruh tempat ibadah, untuk bersama menyelenggarakan Homa Buddha Amitayus atau Trimula Puja Buddha Amitayus.

Homa Buddha Amitayus - Mohon Buddha Menetap di Dunia
31 Oktober 2025
Upacarika: Acarya Shi Lian He (釋蓮訶上師)
Didukung oleh: Acarya Shi Lian Jia (釋蓮伽上師)
Tempat ibadah:
Pertubuhan Penganut Agama Buddha Zhen Fo Zong Pontian Johor, Malaysia (Chuanlv Leizangsi/傳律雷藏寺)

Foto dokumentasi Homa Buddha Amitayus dapat dikirimkan kepada divisi publikasi melalui alamat surel berikut:
Wenxuan@tbsn.org

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3054/Acarya_Lian_He_-_Homa…

5 days ago | [YT] | 106

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟑𝟎 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐘𝐚𝐨𝐜𝐡𝐢 𝐖𝐚𝐧𝐟𝐨𝐬𝐡𝐨𝐮 𝐖𝐮𝐣𝐢𝐲𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Pada tanggal 20 November 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan (Mahadewi Yaochi Sepuluh Ribu Lengan Buddha dan Mata Tanpa Batas/萬佛手無極眼瑤池金母大天尊). Altar mandala upacara tampak sangat agung dan istimewa, pratima Buddha memancarkan kualitas kebajikan dan wibawa tak terhingga dari para Buddha, dan keempat kelompok siswa penuh dengan sukacita Dharma.

Pujana Kesucian Melampaui Materi

Usai Homa paripurna, terlebih dahulu Dharmaraja Lian Sheng mengumumkan kepada semua, bahwa hari Minggu depan akan diselenggarakan Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩), Mantra Hati Istadewata adalah: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Mudranya adalah Mudra Sutra Prajna. Dharmaraja menekankan, Bodhisatwa Mahapratisara termasyhur sebagai Bodhisatwa yang menanggapi semua permohonan, menganugerahkan pertolongan sesuai dengan harapan para makhluk.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam sebelum homa, Istadewata Homa hari ini: Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan secara khusus memberikan petunjuk. Dharmaraja Lian Sheng meminta petunjuk Mahadewi Yaochi mengenai sarana puja yang khusus, Mahadewi Yaochi dengan lugas menjawab: “Jangan gunakan cangkir yang kotor diisi air untuk dipersembahkan kepada-Ku.”

Dharmaraja sempat mengira bahwa maksud dari petunjuk tersebut adalah perhatikan kebersihan wadah persembahan, tetapi usai santap siang keesokan harinya, Dharmaraja memuntahkan semua makanan. Saat itu, Dharmaraja langsung tergugah akan makna terdalam dari petunjuk Mahadewi Yaochi tersebut: Yang dimaksud dengan cangkir yang bersih adalah tubuh sadhaka mesti sepenuhnya bersih, dengan kata lain: “Muntahkan semua kekotoran” dalam tubuh, mencapai tubuh dan batin, eksternal dan internal, semua dalam kondisi bersih, sehingga sadhaka bisa menjadi cangkir bersih untuk persembahan bagi Istadewata. Dharmaraja mengungkapkan, setelah muntah, merasakan sekujur tubuh ringan, tetapi juga tidak bertenaga. Dengan humoris Beliau mengungkapkan: “Muntah tidak apa, sebab sudah lama tidak muntah, belajar bagaimana jika kita memuntahkan semua yang telah kita makan.”

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Gunung Kailash dan Terma Ratna Dharma
Siswa bertanya: Menurut agama Buddha Tibet dan agama Hindu, pusat dunia adalah puncak Kailash di pegunungan Himalaya di Tibet. Dipandang sebagai pusat dunia, merupakan Bodhimanda bagi Cakrasamvara, sekaligus merupakan rumah bagi Syiwa Sang Mahadewa, Dewi Parwati, dan putra-Nya: Ganesha, dan Skanda. Ini diakui oleh tiap agama tersebut.

Siswa memahami, sesungguhnya ini bukan berarti Cakrasamvara, dan keluarga Mahadewa tinggal di atas gunung tersebut, melainkan menyatakan bahwa puncak Kailash merupakan representasi di dunia, merupakan penjelmaan di dunia, yang terhubung dengan Bodhimanda Cakrasamvara dan rumah Mahadewa atau Kailash.

Alam Resi Yaochi kediaman Maha Arya Mahadewi Yaochi di surga barat, penjelmaannya di dunia dan lokasi yang terhubung adalah Gunung Kunlun, sehingga juga dianggap sebagai pusat dunia, merupakan keberadaan yang berdiri di atas bumi dan menopang ke langit.

Meskipun di dunia juga ada pegunungan Kunlun, di sebelah utara dataran tinggi Qinghai-Tibet, di sebelah selatan Xinjiang, tetapi tidak ada catatan yang menyebutkan di mana tepatnya lokasi Alam Resi Yaochi di pegunungan Kunlun, di puncak gunung yang mana.

Akhir-akhir ini, siswa mendengar sebuah pendapat, sesungguhnya Gunung Kunlun bukan menunjuk pada pegunungan Kunlun yang sekarang ditetapkan secara geografis di dunia fan aini, melainkan menunjuk pada puncak Kailash yang berada di pegunungan bersalju di dataran tinggi Qinghai-Tibet, yang disebut juga Gunung Gangdise. Pusat dunia yang merupakan penjelmaan dan terhubung dengan Alam Resi Yaochi adalah puncak Kailash.

Dharmaraja Lian Sheng menggunakan referensi yang ada dalam Wikipedia, puncak Kailash yang tingginya 6638 meter dari permukaan laut, berlokasi di Burang, Tibet, bukan hanya merupakan puncak tertinggi kedua di pegunungan Gangdise, terlebih dijunjung tinggi sebagai pusat dunia oleh agama Buddha Tibet, agama Hindu, Bon, dan Jain. Bentuk puncak ini sangat istimewa, mirip dengan piramida, puncak itu selalu tertutup salju, hingga kini tidak ada siapa pun yang berhasil mencapai puncaknya. Para sadhaka dan peziarah dari Tibet, memiliki tradisi untuk berpradaksina pada gunung suci, danau suci, stupa Buddha dan wihara, di antaranya, ada pradaksina kepada garis luar puncak Kailash, sejauh 54 km.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, banyak orang mengira bahwa Gunung Kunlun Alam Resi Yaochi juga berada di wilayah Gunung Gangdise. Gunung Gangdise merupakan jalan Dharmayatra bagi umat yang tak terhitung banyaknya, untuk melakukan namaskara sembari merapal mantra. Banyak Tetron yang menemukan Ratna Dharma bhavana dan Sadhana Tantra berharga yang dijadikan terma oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal di gunung dan danau suci. Beberapa Ratna Dharma tersebut tersembunyi di dalam danau, gua, dan lereng gunung.

Dharmaraja Lian Sheng mengisahkan keajaiban yang tercantum dalam kitab: Tetron melalui daya spiritualnya, pada tanggal, bulan, dan tahun, bahkan waktu yang ditetapkan, mendayung sampan hingga ke tengah danau, dan beberapa saat kemudian akan ada seekor ikan besar yang melompat ke atas sampan, dan di dalam perut ikan tersebut tersembunyi terma Guru Padmasambhava. Lebih lanjut Dharmaraja mengungkapkan bahwa Beliau dapat membabarkan banyak kiat Dharma, juga berkat terma yang disembunyikan oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal dalam alam batin Beliau.

Pertanyaan siswa mengenai apakah Gunung Gangdise adalah pusat dunia, Dharmaraja mengonfirmasi kemasyhuran gunung suci tersebut dan tak terhitung banyaknya para Arya yang pernah berziarah ke sana, dan menunjukkan bahwa daya magis gunung tersebut sangat besar, dapat membuka gerbang terma bagi yang memanjatkan permohonan, sehingga para pemohon Dharma dapat memperoleh harta karun Dharma berupa piranti Dharma dan berbagai mestika lainnya.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam hari sebelum Upacara Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan, sempat memohon petunjuk Mahadewi Yaochi perihal ketentuan khusus sarana puja. Mahadewi Yaochi menjawab: Gunakan cangkir bersih diisi dengan air bersih sebagai persembahan, ini sudah cukup. Semula Dharmaraja mengira bahwa yang dimaksud adalah benda eksternal wajib bersih, oleh karena itu makan seperti biasa. Namun, di siang hari sebelum upacara, Beliau memuntahkan semua yang tadi dimakan. Dharmaraja seketika menyadari, bahwa yang dimaksud oleh Mahadewi Yaochi sebagai cangkir yang bersih bukan sebuah wadah biasa, melainkan perumpamaan tentang tubuh mesti sepenuhnya bersih, memuntahkan semua kekotoran sampai habis, mencapai kondisi bersih sempurna, inilah cangkir bersih untuk persembahan. Dharmaraja mengungkapkan, Mahadewi Yaochi menggunakan perumpamaan ini untuk membimbing, Beliau tertawa, seandainya Mahadewi Yaochi terlebih dahulu memberi petunjuk untuk berpuasa, bisa jadi Dharmaraja dapat terhindar dari kesengsaraan ini, oleh karena itu, nanti malam wajib makan lebih banyak.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3050/30_November_2025_Upac…

5 days ago | [YT] | 54

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟐𝟗 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐏𝐮𝐣𝐚𝐛𝐚𝐤𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐝𝐞𝐰𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐮𝐝𝐝𝐡𝐚 𝐀𝐦𝐢𝐭𝐚𝐛𝐡𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐞𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐋𝐢𝐧𝐠 𝐒𝐡𝐞𝐧 𝐂𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐳𝐞 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)

Pada Sabtu, 29 November 2025, Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih memimpin pujabakti Sadhana Istadewata Buddha Amitabha (Amituofo/阿彌陀佛) dan melanjutkan pengulasan Sutra Surangama. Cuaca memasuki musim dingin, namun bara semangat keempat kelompok siswa tidak kunjung lenyap, diringi oleh suara merdu Mantra Hati Padmakumara, menyambut kehadiran Dharmaraja Lian Sheng di arena pujabakti.

Pujabakti pun usai dengan sempurna dalam lingkupan cahaya adhisthana Mulacarya Lian Sheng. Dilanjutkan dengan upacara kelulusan Lokakarya Biksu dan Biksuni Period eke-39. Dharmaraja mengatakan, salah satu Biksu yang bernama Lian Wa (蓮㼘法師) berasal dari Thailand, yang merupakan negara agama Buddha, dan agama Buddha dipimpin oleh pemerintah Thailand, oleh karena itu, secara khusus memberikan persetujuan kepadanya untuk menggunakan Tata Ritual Thailand dan Tata Ritual Zhenfo, dengan demikian bisa membimbing lebih banyak insan. Dharmaraja Lian Sheng berharap supaya Zhenfo Zong bisa berkembang baik di Thailand. Empat anggota Sangha yang lulus hari ini adalah Biksu, kita berharap supaya para Biksu kelak bisa memimpin keluarga besar Zhenfo Zong.

Dharmaraja Lian Sheng mengingatkan, Upacara Agung Musim Semi, tanggal 21 Maret 2026 kelak, Drashi Lhamo masih sebagai Istadewata transmisi sadhana, dan akan ditransmisikan Sadhana Rahasia Makmur Mendadak Drashi Lhamo. Drashi Lhamo memberitahu Mahaguru Lu: “Babarkanlah Sadhana Rahasia Makmur Mendadak.” Dengan adanya Sadhana Hati rahasia ini, semua orang yang berpartisipasi bisa memperoleh kemakmuran mendadak. Drashi Lhamo telah membuat banyak orang menang lotre, sejak upacara bulan September tahun ini, transmisi perdana Drashi Lhamo, ada sekitar sepuluh orang yang memberitahu Mahaguru Lu bahwa mereka sudah makmur mendadak. Di antaranya, ada siswa dari Taiwan, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, bahkan ada yang memuat dalam surat kabar: “Terima kasih atas anugerah makmur mendadak dari Mahaguru Lu kepada saya.”

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Umat bertanya:
Kiat dhyana-samadhi yang ditransmisikan oleh Dharmaraja Lian Sheng adalah: “Satu hati tak kacau, tak tergoyahkan.” Saya umpamakan seperti janin, meski bergerak, tetapi tidak bergerak, tidak kacau, pun bukan tidak kacau, mohon petunjuknya, apakah menggunakan prinsip ini sebagai dasar memasuki samadhi diperbolehkan?

Dharmaraja menjawab:
Kiat dhyana-samadhi ada banyak, dalam Sutra Surangama ada 25 Bodhisatwa, yang menggunakan berbagai metode untuk masuk samadhi, satu hati dan tidak kacau, maksudnya bukan sama sekali tidak ada pikiran, melainkan tidak melekat pada pikiran, biarkan dia datang dan pergi. Pikiran insan awam seperti air terjun, seperti ombak samudra, sedangkan pikiran sadhaka, seperti air danau yang tenang. “Satu hati tak kacau, tak tergoyahkan.” Sama seperti air dalam sebuah kolam, tiada angin, tiada ombak, tidak bertambah, pun tidak berkurang, sangat tenang, inilah samadhi. Sedangkan janin, tetap mengalami pengaruh luar, dan kondisi batinnya bukan satu hati tak kacau, bukan pula tak tergoyahkan, sebab saat ibu minum air panas, bayi juga bisa merasakan panas, saat ibunya minum air dingin, janin juga bisa merasakan dingin.

Siswa bertanya:
Ada ungkapan: “Saat aku belum lahir, siapa aku, setelah aku lahir, siapa aku?” Ini sama seperti janin, lahir berarti tidak lahir, tidak lahir berarti lahir, apakah ini benar?

Dharmaraja menjawab: Ini adalah kalimat dalam sekte Ch’an, disebut merenungkan, dan setelah menemukan jawabannya, Anda akan mencerahi Sang Jalan. Di saat lahir, Buddha Sakyamuni mengatakan: “Di surga dan di bumi, Aku yang utama.” Kata “Aku” di sini, bukan menunjuk pribadi Buddha Sakyamuni, melainkan menunjuk pada Sifat Mula, yaitu Buddhata. Sebelum aku lahir, Anda adalah Buddhata, setelah aku lahir, masih Buddhata.

Sebab, segala fenomena dunia, semua adalah manifestasi dari Batin Sejati Terang nan Luhur. Meski ada tubuh jasmani, ada nama, ada marga, tetapi bukan aku yang sesungguhnya, segala yang merupakan perpaduan dari empat elemen utama, semua adalah palsu, semua akan lapuk. Oleh karena itu, dua kalimat dalam sekte Ch’an ini, tidak ada hubungannya dengan janin.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3049/29_November_2025_Puja…

5 days ago | [YT] | 52

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟐𝟑 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐕𝐢𝐝𝐲𝐚𝐫𝐚𝐣𝐚 𝐀𝐜𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐭𝐡𝐚 𝐏𝐚𝐧𝐜𝐚 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan TBSN Lianhua Yun Shuang (蓮花韻霜)

Pada tanggal 23 November 2025, Dharmaraja Lian Sheng hadir di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) untuk memimpin Upacara Homa Vidyaraja Acalanatha Panca Warna (Wuse Budong Mingwang/五色不動明王). Usai upacara, Dharmaraja memberitahu semua: Hari Minggu depan, 30 November 2025, pukul 3 sore, di Rainbow Temple, akan memimpin Upacara Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan (Mahadewi Yaochi Berlengan Buddha Puluhan Ribu dan Bermata Tanpa Batas/萬佛手無極瑤池金母).

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, di rumah Beliau memuja satu rupang Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan, kontak batinnya sangat kuat. Mata Beliau bisa menilai insan, seolah hidup. Kadang saat persembahan bunga di altar sudah kering, Beliau bisa mengingatkan Dharmaraja untuk menggantinya dengan yang baru.

Beberapa waktu lalu, Dharmaraja batuk hingga hampir dua bulan lamanya, sebelum upacara, tidak kunjung sembuh, dan setelah mohon petunjuk Mahadewi Yaochi, memperoleh petunjuk supaya sebelum tidur, mengulum sesendok bubuk obat warna putih, lakukan selama tiga hari, akhirnya batuknya sembuh.

Beliau juga memberi petunjuk kepada Dharmaraja mengenai apa yang semestinya dimakan. Seorang kawan memberikan sebuah obat berharga, disimpan selama setahun dan hampir kedaluwarsa, setelah Mahadewi Yaochi mengingatkan, Dharmaraja meminta kepada Acarya Lian Xi dan Lian Yan untuk mengeluarkannya, dan Dharmaraja pun mengonsumsinya sebanyak satu butir setiap pagi dan malam. Hingga kini, hendak makan apa pun, Dharmaraja akan terlebih dahulu mohon petunjuk Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan.

Beliau juga bisa menjelaskan jodoh antara seseorang dengan Dharmaraja, bahkan memberikan nilai. Dari hal kecil seperti batuk, hingga hal besar seperti kondisi di dunia, seperti arah masa depan Tiongkok, Jepang, dan Taiwan, Beliau memberitahu Dharmaraja Lian Sheng.

Pratima Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan yang dipuja di rumah Dharmaraja Lian Sheng berukuran sangat besar, hingga hampir mencapai langit-langit, sangat agung. Mata-Nya seolah menembus hati insan, sehingga setiap malam, Dharmaraja melapor dengan khidmat kepada-Nya, memohon supaya bisa tidur nyenyak, dan tubuh sehat tidak berpenyakitan, supaya pencernaan lancar. Mahadewi Yaochi juga senantiasa berwelas asih menyanggupi. Saat Gurudara tidak nyenyak tidurnya, Dharmaraja melapor, keesokan harinya Gurudara bisa tidur lebih nyenyak.

Mengenai usia, Dharmaraja sudah bertanya beberapa kali, dan jawaban Mahadewi Yaochi selalu sama. Jika hendak ingin memperpanjang usia, Beliau mengatakan: “Harus melakukan kebajikan yang sangat besar.”

Minggu depan, kita akan menyelenggarakan Upacara Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan. Dharmaraja menghormati Mahadewi Yaochi ini dengan sebutan Nomor Satu di antara semua Mahadewi Yaochi, setiap malam berdoa kepada-Nya, mohon petunjuk, tidak pernah terputus barang sehari pun. Urusan besar kenegaraan seperti hubungan antara Tiongkok dan Jepang, dan masa depan Tiongkok dan Taiwan, Mahadewi Yaochi selalu mengungkapkan dengan sangat jelas, tetapi Dharmaraja tidak boleh membocorkannya, sebab urusan besar bisa membuat gundah hati umat manusia, tidak boleh sembarang bicara.

Membahas perihal Gurudara, Dharmaraja mengungkapkan: Sekarang Gurudara tidak bisa naik pesawat, sebab kadang kondisi tubuhnya baik, dan kadang memburuk. Saat membaik, hanya mengalami kurangnya keseimbangan. Saat memburuk, bahkan untuk berjalan, atau untuk mengambil sumpit, atau untuk makan pun tidak ada tenaga. Dalam sehari akan kambuh beberapa kali, membuat Dharmaraja benar-benar menyadari ketidakkekalan, duka, dan sunya. Akan tetapi, Gurudara tetap kuat.

Dharmaraja Lian Sheng mengenang, di masa muda, Gurudara bisa memperbaiki lampu, sepeda motor, alat elektronik, membersihkan ruang bawah tanah, bisa melakukan segala hal, pemberani, dan tidak pernah menangis. Dharmaraja merasa bahwa Gurudara seperti ibu di kehidupan lampau, terus menjaga Beliau. Bahkan di mana pun tempat persembunyian tabungan pribadi, tidak bisa lolos dari pengamatan Gurudara.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3044/23_November_2025_Upac…

5 days ago | [YT] | 27

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟐𝟐 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐏𝐮𝐣𝐚𝐛𝐚𝐤𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐝𝐞𝐰𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐮𝐝𝐝𝐡𝐚 𝐁𝐡𝐚𝐢𝐬𝐚𝐣𝐲𝐚𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐝𝐢 𝐒𝐞𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐋𝐢𝐧𝐠 𝐒𝐡𝐞𝐧 𝐂𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐳𝐞 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan Lianhua Yin Yin (蓮花因茵)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)

Pada tanggal 22 November 2025, malam hari di Seattle yang penuh dengan cahaya lembut, melebur dalam Mantra Hati Padmakumara yang memancarkan kemurnian dan kedamaian, semua berhimpun di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, beranjali dengan khidmat, menyambut kehadiran Mulacarya Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin pujabakti Sadhana Istadewata Buddha Bhaisajyaguru (Yaoshifo/藥師佛), dan melanjutkan pengulasan Sutra Surangama.

Usai tata ritual pujabakti paripurna, semua dengan penuh rasa hormat mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk Berdharmadesana.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan pertanyaan dari sdr. Wuzizai, berapa usia kehidupan dari Biksu Liao Ming? Dharmaraja Lian Sheng mengatakan, Jiji Dashan adalah salah satu di antara seratus gunung terkemuka di Taiwan, masuk dari Cukeng Nantou, kemudian mendaki gunung, di sana lah Biksu Liao Ming menanam jahe dan buah plum, Beliau hidup bertapa di Jiji Dashan, hidup hingga lebih dari seratus tahun, ini adalah kisah pada masa muda, pernah turun gunung Jiji Dashan sambil menggendong plum.

Saat itu, Dharmaraja Lian Sheng terkenang akan gambaran ketika bersama dengan Sang Guru, merasakan bahwa dalam hidup ini, ada banyak hal yang tak terhindarkan, manusia akan pergi, meskipun hidup sampai seratus tahun, tetap akan berpulang.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya:
Akhir-akhir ini, di sekitar saya, ada sangat banyak teman yang sudah menua, semua punya kerisauan yang sama, yaitu melanjutkan papan arwah leluhur dari orang tua, tapi anak-anak yang lahir di luar negeri, belum tentu percaya Buddha, juga belum tentu akan bersembahyang kepada leluhur, semua khawatir, kelak meninggal dunia, bagaimana menangani papan arwah leluhur? Supaya anak-anak tidak membuang papan arwah ke dalam tong sampah, ada orang yang memasukkan papan arwah leluhur ke dalam peti mati ayah atau ibu, dan melakukan kremasi, mohon petunjuk Mulacarya, apakah cara ini benar?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Orang zaman sekarang, semakin jarang ada yang merawat papan arwah leluhur, contohnya saya sendiri, anak cucu saya menerima Pendidikan Barat, tidak memiliki tradisi dari timur mengenai sembahyang leluhur, sehingga papan arwah leluhur saya semayamkan di dalam Taman Arama Zhenfo, tetapi apakah generasi selanjutnya akan lanjut merawatnya? Saya tidak pernah memikirkannya.

Sesungguhnya, papan arwah hanya satu cara untuk mengenang, kita cukup mampu memastikan kelahiran di Negeri Buddha, dan hal lainnya tidak perlu diurusi, segalanya alamiah saja, biarlah anak cucu kita melakukan sesuai cara mereka. Berbhavana lah dengan sebaik-baiknya, urusi roh bardo diri sendiri, apakah kelak bisa terlahir di alam suci, atau langsung menjadi Buddha, inilah yang paling penting, jangan sampai terjerumus ke enam alam tumimbal lahir, terutama ke dalam tiga alam rendah.

Kemudian, Dharmaraja Lian Sheng memberitahu semua, Upacara Homa Vidyaraja Acalanatha Panca Warna yang besok akan diselenggarakan di Rainbow Temple sangat penting, Tantra Timur Jepang pernah sekali menggelar Upacara Acalanatha Panca Warna, dari sini lah sumber silsilah ini. Dahulu saat transmisi perdana Sadhana Vidyaraja Acalanatha di California, pedang mestika Acalanatha terbang keluar sebanyak tiga kali, saat merapal Mantra Hati Acalanatha, semua burung di sekitar arena turun turut berkicau, sama seperti saat mengabhiseka pratima Bodhisatwa Maitreya di Rainbow Vila, mendadak langit memancarkan seutas sinar menerangi pratima Maitreya, pada saat yang sama, burung-burung di sekitar turun bersama dan berkicau, dari sini kita dapat mengetahui keunggulan dan wibawa Vidyaraja Acalanatha.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3043/22_November_2025_Puja…

5 days ago | [YT] | 65

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟏𝟔 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐁𝐮𝐝𝐝𝐡𝐚 𝐁𝐡𝐚𝐢𝐬𝐚𝐣𝐲𝐚𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Pada tanggal 16 November 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng memimpin Upacara Homa Buddha Bhaisajyaguru (Yaoshifo/藥師佛). Usai Homa sempurna, Dharmaraja memberitahukan bahwa hari Minggu depan, tanggal 23 November 2025, diselenggarakan Upacara Homa Vidyaraja Acalanatha Panca Warna (Wuse Budong Mingwang/五色不動明王), serta dalam Dharmadesana mengungkapkan daya Vidyaraja Acalanatha dalam menyingkirkan rintangan, rahasia penjelmaan Mahadewi Yaochi yang melampaui batas antara negeri Han dan Tibet, prinsip Dharma mengenali berbagai fenomena bardo, serta pengalaman pribadi mengenai rumah berhantu.

Maha Sadhana Vidyaraja Acalanatha Panca Warna
Melindungi Lima Penjuru dan Menebas Rintangan Mara

Dharmaraja mengumumkan bahwa pada hari Minggu depan, tanggal 23 November 2025, jam 3 sore, akan digelar Upacara Homa Vidyaraja Acalanatha Panca Warna. Dharmaraja menekankan, sadhana ini perlu visualisasikan lima arah: timur, selatan, barat, utara, dan tengah, yang masing-masing dilindungi oleh Acalanatha dalam berbagai warna yang berbeda. Tingkat keistimewaanya sama-sama merupakan Maha Sadhana dalam Tantra seperti Sadhana Tantra Panca Mandala Sapta Buddha Bhaisajyaguru.

Dharmaraja juga secara khusus memperkenalkan urutan pengundangan dalam mandala Sala Vajra Vidyaraja di Rainbow Temple:

Tengah: Vajra Yamantaka.
Sisi kanan: Mahottara Heruka
Sisi kiri: Hevajra.
Sisi luar: Panca Maha Vidyaraja (Penjelmaan Panca Dhyani Buddha), Asta Maha Vidyaraja (Penjelmaan Asta Maha Bodhisatwa).
Dharmapala: Vidyaraja Acalanatha (Wujud Cakra Sasana Tathagata Mahavairocana) dan segenap Dewa Dharmapala.

Menyaksikan Keampuhan Dharma Pedang Mestika

Mengapa Vidyaraja Acalanatha sangat penting? Dharmaraja Lian Sheng membagikan pengalaman keampuhan Dharma yang sungguh dahsyat. Dharmaraja menuturkan, di tengah jala cahaya, menghadapi datangnya kerumunan, roh jahat yang tak terhitung banyaknya datang untuk mencelakai, mendadak Dharmapala Vidyaraja Acalanatha muncul.


Dharmaraja menggambarkan: “Pedang Vidyaraja Acalanatha berputar seperti baling-baling, terus berputar, terus berputar, memenggal kepala semua roh jahat yang datang menyerang.” Kepala roh jahat yang terpenggal menumpuk laksana gunung, darah yang mengalir deras laksana air sungai. Ini membuktikan daya wibawa Vidyaraja Acalanatha dalam menyingkirkan rintangan, oleh karena itulah Dharmaraja Lian Sheng sangat menjunjung tinggi Vidyaraja Acalanatha.

Rahasia Mandala Dharmaraja

Dalam Dharmadesana, Dharmaraja mengungkapkan urutan pujana dalam ruang sadhana pribadi Beliau, yaitu di ruang konsultasi, di tempat tinggal, dan di ruang sadhana, Vidyaraja Acalanatha menjadi Dharmapala utama.

Ruang Konsultasi di Taman Arama:

Urutan pengundangan: Terlebih dahulu mengundang Mahadewi Yaochi, kemudian mengundang makhluk suci yang lain, seperti: Bodhisatwa Avalokitesvara, para Dewi atau Dakini, kemudian dilanjutkan mengundang makhluk suci lainnya.

Dharmapala: Vidyaraja Acalanatha.

Istadewata konsultasi: Pingala Kumara.

Mandala di Arama Nanshan:
Tengah: Vajra Mahabala
Kanan: Vajra Yamantaka
Kiri: Vidyaraja Acalanatha
Di sekeliling: Tara Bhaisajyaraja, Guru Padmasambhava, dan Vajra Kalacakra.
Di samping Vidyaraja Acalanatha: Saraswati, Mahadewi Yaochi Agung, Guru Yesus Kristus, dan Hevajra.

Di perpustakaan memuja:
Termasuk Krishna, Krodha Kali, Mahadewi Yaochi, Guru Padmasambhava, Vajrasattva, Vajra Yamantaka, Vidyaraja Acalanatha, Dewa Bumi, Pohon Sarana, Buddha Adharma, Yeshe Tsogyal, dan lain-lain.

Di bagian yang paling dalam: Mahadewi Yaochi Agung, Buddha Nagesvararaja, Dewa Rezeki, Buddha Kalacakra, Vajra Vyaghravaktra dan lain-lain.

Mata Mahadewi Yaochi Bergerak Semua Doa Pasti Dijawab

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3036/16_November_2025_Upac…

5 days ago | [YT] | 98

TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼

𝟏𝟓 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐏𝐮𝐣𝐚𝐛𝐚𝐤𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐝𝐞𝐰𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐚𝐝𝐦𝐚𝐤𝐮𝐦𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐞𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐋𝐢𝐧𝐠 𝐒𝐡𝐞𝐧 𝐂𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐳𝐞 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞

Liputan Lianhua Yi Fen (蓮花衣芬)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)

Malam musim gugur berhiaskan dedaunan kuning, pada hari Sabtu, tanggal 15 November 2025, pukul 8 malam, di dalam baktisala Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, Amerika Serikat, Dharmaraja Lian Sheng memandu keempat golongan siswa dari berbagai penjuru dunia untuk bersama melakukan pujabakti Sadhana Istadewata Maha Padmakumara Putih, serta melanjutkan pengulasan Sutra Surangama.

Dharmaraja Lian Sheng Berdharmadesana, Sutra Surangama yang kita ulas saat ini, terutama adalah membabarkan bahwa segala sesuatu bukan karena sebab dan kondisi, pun bukan perpaduan, dan ini semua adalah fenomena dunia saha. Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma, mengungkapkan bahwa tubuh manusia dan lingkungan eksternal, antara lain enam indra, enam objek indra, enam kesadaran, semua dijumlahkan menjadi 18 dhatu, semua adalah sunya tanpa diri. Sekarang hendak mengulas elemen tanah, air, api, angin, angkasa, kesadaran, dan persepsi, tujuh macam ini juga tanpa diri, bukan sebab dan kondisi, bukan perpaduan, tidak nyata.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya:
Mengenai Vidyaraja Amerta Kundali (Ganlu Mingwang/甘露明王), dalam pengulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana oleh Dharmaraja Lian Sheng, disebutkan sering merapal Mantra Vidyaraja ini untuk berbagai urusan Dharma. Dalam Tantra Timur, Vidyaraja Amerta Kundali adalah perwujudan dari Buddha Ratnasambhava atau Dhyani Buddha sebelah selatan, tetapi nama dan mantranya: “Om Amida Hom Pan” apakah juga sangat erat hubungannya dengan Tathaghata Amertaraja (Buddha Amitabha)?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Menurut sepengetahuan saya, di barat adalah Sukhavatiloka, di timur adalah Abhirati, di selatan adalah Gunaloka, di sebelah utara adalah Siddhiloka, di tengah adalah Mangalaloka, di atas adalah Ghanavyuha. Setelah Anda mencapai alam suci yang mana pun, Anda bisa datang dan pergi dengan leluasa.

Panca Buddha menjelma menjadi Panca Maha Vajra, Asta Maha Bodhisatwa menjadi Asta Maha Vidyaraja, demikianlah yang dulu diajarkan oleh Guru. Menurut saya, semua saling terhubung, tidak perlu dipersoalkan makhluk suci mana adalah yang mana, memaksakan mengingat yang mana, menurut saya tidak ada artinya.

Siswa bertanya:
Pada tanggal 2 Februari 1995, merupakan transmisi perdana Sadhana Simabandhana Empat Lapis oleh Mulacarya Lian Sheng, yang dirapal adalah Mantra Vidyaraja Amerta Kundali. Dalam Simabandhana Empat Lapis menggunakan kila vajra, jala vajra, tembok vajra, dan api vajra. Namun, belakangan dalam pengulasan Sutra Ksitigarbha, Mulacarya Lian Sheng sempat menyebutkan Simabandhana Lima Lapis, yaitu ditambah fondasi vajra. Mohon petunjuk Mulacarya, bagaimana memvisualisasikan fondasi vajra? Apabila kita hanya memperoleh Abhiseka Simabandhana Empat Lapis, apakah saat melakukannya kitab oleh menambahkan fondasi vajra?

Jawaban Dharmaraja Lian Sheng:
Saat bersadhana, membuat Simabandhana Empat Lapis, terlebih dahulu bervisualisasi visvavajra ada di bawah tempat duduk Anda, ini adalah fondasi vajra, kemudian visualisasi di depan, belakang, kiri, dan kanan ada sebidang tembok vajra, Anda duduk di dalam tembok vajra. Di atas adalah jala vajra, di bagian bawah tembok, di sekeliling, berkobar api vajra, semua yang buruk tidak bisa masuk. Singkat kata, yang utama adalah empat lapis, Simabandhana Empat Lapis sudah cukup. Kila vajra adalah fondasi vajra. Terlebih dahulu menancapkan empat tiang (kila), ini juga benar, semua boleh.

Setiap malam, saat tidur, bervisualisasi “Om Ah Hom”, kemudian menyerukan “A”, dari tenggorokan, Buddha Amitabha memancarkan cahaya merah memancar keluar, berubah menjadi sebuah jala, menaungi tempat tidur sadhaka, atau bahkan menaungi seluruh rumah tempat Anda tidur, kemudian merapal tujuh kali: “Om. Ah. Hom” untuk mengukuhkan jala ini, Anda tidur dalam jala, dengan demikian Anda bisa tidur dengan sangat nyenyak.

Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...

Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3035/15_November_2025_Puja…

5 days ago | [YT] | 98