Pada tanggal 20 November 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan (Mahadewi Yaochi Sepuluh Ribu Lengan Buddha dan Mata Tanpa Batas/萬佛手無極眼瑤池金母大天尊). Altar mandala upacara tampak sangat agung dan istimewa, pratima Buddha memancarkan kualitas kebajikan dan wibawa tak terhingga dari para Buddha, dan keempat kelompok siswa penuh dengan sukacita Dharma.
Pujana Kesucian Melampaui Materi
Usai Homa paripurna, terlebih dahulu Dharmaraja Lian Sheng mengumumkan kepada semua, bahwa hari Minggu depan akan diselenggarakan Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩), Mantra Hati Istadewata adalah: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Mudranya adalah Mudra Sutra Prajna. Dharmaraja menekankan, Bodhisatwa Mahapratisara termasyhur sebagai Bodhisatwa yang menanggapi semua permohonan, menganugerahkan pertolongan sesuai dengan harapan para makhluk.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam sebelum homa, Istadewata Homa hari ini: Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan secara khusus memberikan petunjuk. Dharmaraja Lian Sheng meminta petunjuk Mahadewi Yaochi mengenai sarana puja yang khusus, Mahadewi Yaochi dengan lugas menjawab: “Jangan gunakan cangkir yang kotor diisi air untuk dipersembahkan kepada-Ku.”
Dharmaraja sempat mengira bahwa maksud dari petunjuk tersebut adalah perhatikan kebersihan wadah persembahan, tetapi usai santap siang keesokan harinya, Dharmaraja memuntahkan semua makanan. Saat itu, Dharmaraja langsung tergugah akan makna terdalam dari petunjuk Mahadewi Yaochi tersebut: Yang dimaksud dengan cangkir yang bersih adalah tubuh sadhaka mesti sepenuhnya bersih, dengan kata lain: “Muntahkan semua kekotoran” dalam tubuh, mencapai tubuh dan batin, eksternal dan internal, semua dalam kondisi bersih, sehingga sadhaka bisa menjadi cangkir bersih untuk persembahan bagi Istadewata. Dharmaraja mengungkapkan, setelah muntah, merasakan sekujur tubuh ringan, tetapi juga tidak bertenaga. Dengan humoris Beliau mengungkapkan: “Muntah tidak apa, sebab sudah lama tidak muntah, belajar bagaimana jika kita memuntahkan semua yang telah kita makan.”
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Gunung Kailash dan Terma Ratna Dharma
Siswa bertanya: Menurut agama Buddha Tibet dan agama Hindu, pusat dunia adalah puncak Kailash di pegunungan Himalaya di Tibet. Dipandang sebagai pusat dunia, merupakan Bodhimanda bagi Cakrasamvara, sekaligus merupakan rumah bagi Syiwa Sang Mahadewa, Dewi Parwati, dan putra-Nya: Ganesha, dan Skanda. Ini diakui oleh tiap agama tersebut.
Siswa memahami, sesungguhnya ini bukan berarti Cakrasamvara, dan keluarga Mahadewa tinggal di atas gunung tersebut, melainkan menyatakan bahwa puncak Kailash merupakan representasi di dunia, merupakan penjelmaan di dunia, yang terhubung dengan Bodhimanda Cakrasamvara dan rumah Mahadewa atau Kailash.
Alam Resi Yaochi kediaman Maha Arya Mahadewi Yaochi di surga barat, penjelmaannya di dunia dan lokasi yang terhubung adalah Gunung Kunlun, sehingga juga dianggap sebagai pusat dunia, merupakan keberadaan yang berdiri di atas bumi dan menopang ke langit.
Meskipun di dunia juga ada pegunungan Kunlun, di sebelah utara dataran tinggi Qinghai-Tibet, di sebelah selatan Xinjiang, tetapi tidak ada catatan yang menyebutkan di mana tepatnya lokasi Alam Resi Yaochi di pegunungan Kunlun, di puncak gunung yang mana.
Akhir-akhir ini, siswa mendengar sebuah pendapat, sesungguhnya Gunung Kunlun bukan menunjuk pada pegunungan Kunlun yang sekarang ditetapkan secara geografis di dunia fan aini, melainkan menunjuk pada puncak Kailash yang berada di pegunungan bersalju di dataran tinggi Qinghai-Tibet, yang disebut juga Gunung Gangdise. Pusat dunia yang merupakan penjelmaan dan terhubung dengan Alam Resi Yaochi adalah puncak Kailash.
Dharmaraja Lian Sheng menggunakan referensi yang ada dalam Wikipedia, puncak Kailash yang tingginya 6638 meter dari permukaan laut, berlokasi di Burang, Tibet, bukan hanya merupakan puncak tertinggi kedua di pegunungan Gangdise, terlebih dijunjung tinggi sebagai pusat dunia oleh agama Buddha Tibet, agama Hindu, Bon, dan Jain. Bentuk puncak ini sangat istimewa, mirip dengan piramida, puncak itu selalu tertutup salju, hingga kini tidak ada siapa pun yang berhasil mencapai puncaknya. Para sadhaka dan peziarah dari Tibet, memiliki tradisi untuk berpradaksina pada gunung suci, danau suci, stupa Buddha dan wihara, di antaranya, ada pradaksina kepada garis luar puncak Kailash, sejauh 54 km.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, banyak orang mengira bahwa Gunung Kunlun Alam Resi Yaochi juga berada di wilayah Gunung Gangdise. Gunung Gangdise merupakan jalan Dharmayatra bagi umat yang tak terhitung banyaknya, untuk melakukan namaskara sembari merapal mantra. Banyak Tetron yang menemukan Ratna Dharma bhavana dan Sadhana Tantra berharga yang dijadikan terma oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal di gunung dan danau suci. Beberapa Ratna Dharma tersebut tersembunyi di dalam danau, gua, dan lereng gunung.
Dharmaraja Lian Sheng mengisahkan keajaiban yang tercantum dalam kitab: Tetron melalui daya spiritualnya, pada tanggal, bulan, dan tahun, bahkan waktu yang ditetapkan, mendayung sampan hingga ke tengah danau, dan beberapa saat kemudian akan ada seekor ikan besar yang melompat ke atas sampan, dan di dalam perut ikan tersebut tersembunyi terma Guru Padmasambhava. Lebih lanjut Dharmaraja mengungkapkan bahwa Beliau dapat membabarkan banyak kiat Dharma, juga berkat terma yang disembunyikan oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal dalam alam batin Beliau.
Pertanyaan siswa mengenai apakah Gunung Gangdise adalah pusat dunia, Dharmaraja mengonfirmasi kemasyhuran gunung suci tersebut dan tak terhitung banyaknya para Arya yang pernah berziarah ke sana, dan menunjukkan bahwa daya magis gunung tersebut sangat besar, dapat membuka gerbang terma bagi yang memanjatkan permohonan, sehingga para pemohon Dharma dapat memperoleh harta karun Dharma berupa piranti Dharma dan berbagai mestika lainnya.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam hari sebelum Upacara Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan, sempat memohon petunjuk Mahadewi Yaochi perihal ketentuan khusus sarana puja. Mahadewi Yaochi menjawab: Gunakan cangkir bersih diisi dengan air bersih sebagai persembahan, ini sudah cukup. Semula Dharmaraja mengira bahwa yang dimaksud adalah benda eksternal wajib bersih, oleh karena itu makan seperti biasa. Namun, di siang hari sebelum upacara, Beliau memuntahkan semua yang tadi dimakan. Dharmaraja seketika menyadari, bahwa yang dimaksud oleh Mahadewi Yaochi sebagai cangkir yang bersih bukan sebuah wadah biasa, melainkan perumpamaan tentang tubuh mesti sepenuhnya bersih, memuntahkan semua kekotoran sampai habis, mencapai kondisi bersih sempurna, inilah cangkir bersih untuk persembahan. Dharmaraja mengungkapkan, Mahadewi Yaochi menggunakan perumpamaan ini untuk membimbing, Beliau tertawa, seandainya Mahadewi Yaochi terlebih dahulu memberi petunjuk untuk berpuasa, bisa jadi Dharmaraja dapat terhindar dari kesengsaraan ini, oleh karena itu, nanti malam wajib makan lebih banyak.
Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...
TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼
𝟑𝟎 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐘𝐚𝐨𝐜𝐡𝐢 𝐖𝐚𝐧𝐟𝐨𝐬𝐡𝐨𝐮 𝐖𝐮𝐣𝐢𝐲𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞
Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 20 November 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan (Mahadewi Yaochi Sepuluh Ribu Lengan Buddha dan Mata Tanpa Batas/萬佛手無極眼瑤池金母大天尊). Altar mandala upacara tampak sangat agung dan istimewa, pratima Buddha memancarkan kualitas kebajikan dan wibawa tak terhingga dari para Buddha, dan keempat kelompok siswa penuh dengan sukacita Dharma.
Pujana Kesucian Melampaui Materi
Usai Homa paripurna, terlebih dahulu Dharmaraja Lian Sheng mengumumkan kepada semua, bahwa hari Minggu depan akan diselenggarakan Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩), Mantra Hati Istadewata adalah: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Mudranya adalah Mudra Sutra Prajna. Dharmaraja menekankan, Bodhisatwa Mahapratisara termasyhur sebagai Bodhisatwa yang menanggapi semua permohonan, menganugerahkan pertolongan sesuai dengan harapan para makhluk.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam sebelum homa, Istadewata Homa hari ini: Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan secara khusus memberikan petunjuk. Dharmaraja Lian Sheng meminta petunjuk Mahadewi Yaochi mengenai sarana puja yang khusus, Mahadewi Yaochi dengan lugas menjawab: “Jangan gunakan cangkir yang kotor diisi air untuk dipersembahkan kepada-Ku.”
Dharmaraja sempat mengira bahwa maksud dari petunjuk tersebut adalah perhatikan kebersihan wadah persembahan, tetapi usai santap siang keesokan harinya, Dharmaraja memuntahkan semua makanan. Saat itu, Dharmaraja langsung tergugah akan makna terdalam dari petunjuk Mahadewi Yaochi tersebut: Yang dimaksud dengan cangkir yang bersih adalah tubuh sadhaka mesti sepenuhnya bersih, dengan kata lain: “Muntahkan semua kekotoran” dalam tubuh, mencapai tubuh dan batin, eksternal dan internal, semua dalam kondisi bersih, sehingga sadhaka bisa menjadi cangkir bersih untuk persembahan bagi Istadewata. Dharmaraja mengungkapkan, setelah muntah, merasakan sekujur tubuh ringan, tetapi juga tidak bertenaga. Dengan humoris Beliau mengungkapkan: “Muntah tidak apa, sebab sudah lama tidak muntah, belajar bagaimana jika kita memuntahkan semua yang telah kita makan.”
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Gunung Kailash dan Terma Ratna Dharma
Siswa bertanya: Menurut agama Buddha Tibet dan agama Hindu, pusat dunia adalah puncak Kailash di pegunungan Himalaya di Tibet. Dipandang sebagai pusat dunia, merupakan Bodhimanda bagi Cakrasamvara, sekaligus merupakan rumah bagi Syiwa Sang Mahadewa, Dewi Parwati, dan putra-Nya: Ganesha, dan Skanda. Ini diakui oleh tiap agama tersebut.
Siswa memahami, sesungguhnya ini bukan berarti Cakrasamvara, dan keluarga Mahadewa tinggal di atas gunung tersebut, melainkan menyatakan bahwa puncak Kailash merupakan representasi di dunia, merupakan penjelmaan di dunia, yang terhubung dengan Bodhimanda Cakrasamvara dan rumah Mahadewa atau Kailash.
Alam Resi Yaochi kediaman Maha Arya Mahadewi Yaochi di surga barat, penjelmaannya di dunia dan lokasi yang terhubung adalah Gunung Kunlun, sehingga juga dianggap sebagai pusat dunia, merupakan keberadaan yang berdiri di atas bumi dan menopang ke langit.
Meskipun di dunia juga ada pegunungan Kunlun, di sebelah utara dataran tinggi Qinghai-Tibet, di sebelah selatan Xinjiang, tetapi tidak ada catatan yang menyebutkan di mana tepatnya lokasi Alam Resi Yaochi di pegunungan Kunlun, di puncak gunung yang mana.
Akhir-akhir ini, siswa mendengar sebuah pendapat, sesungguhnya Gunung Kunlun bukan menunjuk pada pegunungan Kunlun yang sekarang ditetapkan secara geografis di dunia fan aini, melainkan menunjuk pada puncak Kailash yang berada di pegunungan bersalju di dataran tinggi Qinghai-Tibet, yang disebut juga Gunung Gangdise. Pusat dunia yang merupakan penjelmaan dan terhubung dengan Alam Resi Yaochi adalah puncak Kailash.
Dharmaraja Lian Sheng menggunakan referensi yang ada dalam Wikipedia, puncak Kailash yang tingginya 6638 meter dari permukaan laut, berlokasi di Burang, Tibet, bukan hanya merupakan puncak tertinggi kedua di pegunungan Gangdise, terlebih dijunjung tinggi sebagai pusat dunia oleh agama Buddha Tibet, agama Hindu, Bon, dan Jain. Bentuk puncak ini sangat istimewa, mirip dengan piramida, puncak itu selalu tertutup salju, hingga kini tidak ada siapa pun yang berhasil mencapai puncaknya. Para sadhaka dan peziarah dari Tibet, memiliki tradisi untuk berpradaksina pada gunung suci, danau suci, stupa Buddha dan wihara, di antaranya, ada pradaksina kepada garis luar puncak Kailash, sejauh 54 km.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, banyak orang mengira bahwa Gunung Kunlun Alam Resi Yaochi juga berada di wilayah Gunung Gangdise. Gunung Gangdise merupakan jalan Dharmayatra bagi umat yang tak terhitung banyaknya, untuk melakukan namaskara sembari merapal mantra. Banyak Tetron yang menemukan Ratna Dharma bhavana dan Sadhana Tantra berharga yang dijadikan terma oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal di gunung dan danau suci. Beberapa Ratna Dharma tersebut tersembunyi di dalam danau, gua, dan lereng gunung.
Dharmaraja Lian Sheng mengisahkan keajaiban yang tercantum dalam kitab: Tetron melalui daya spiritualnya, pada tanggal, bulan, dan tahun, bahkan waktu yang ditetapkan, mendayung sampan hingga ke tengah danau, dan beberapa saat kemudian akan ada seekor ikan besar yang melompat ke atas sampan, dan di dalam perut ikan tersebut tersembunyi terma Guru Padmasambhava. Lebih lanjut Dharmaraja mengungkapkan bahwa Beliau dapat membabarkan banyak kiat Dharma, juga berkat terma yang disembunyikan oleh Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal dalam alam batin Beliau.
Pertanyaan siswa mengenai apakah Gunung Gangdise adalah pusat dunia, Dharmaraja mengonfirmasi kemasyhuran gunung suci tersebut dan tak terhitung banyaknya para Arya yang pernah berziarah ke sana, dan menunjukkan bahwa daya magis gunung tersebut sangat besar, dapat membuka gerbang terma bagi yang memanjatkan permohonan, sehingga para pemohon Dharma dapat memperoleh harta karun Dharma berupa piranti Dharma dan berbagai mestika lainnya.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa malam hari sebelum Upacara Homa Mahadewi Yaochi Wanfoshou Wujiyan, sempat memohon petunjuk Mahadewi Yaochi perihal ketentuan khusus sarana puja. Mahadewi Yaochi menjawab: Gunakan cangkir bersih diisi dengan air bersih sebagai persembahan, ini sudah cukup. Semula Dharmaraja mengira bahwa yang dimaksud adalah benda eksternal wajib bersih, oleh karena itu makan seperti biasa. Namun, di siang hari sebelum upacara, Beliau memuntahkan semua yang tadi dimakan. Dharmaraja seketika menyadari, bahwa yang dimaksud oleh Mahadewi Yaochi sebagai cangkir yang bersih bukan sebuah wadah biasa, melainkan perumpamaan tentang tubuh mesti sepenuhnya bersih, memuntahkan semua kekotoran sampai habis, mencapai kondisi bersih sempurna, inilah cangkir bersih untuk persembahan. Dharmaraja mengungkapkan, Mahadewi Yaochi menggunakan perumpamaan ini untuk membimbing, Beliau tertawa, seandainya Mahadewi Yaochi terlebih dahulu memberi petunjuk untuk berpuasa, bisa jadi Dharmaraja dapat terhindar dari kesengsaraan ini, oleh karena itu, nanti malam wajib makan lebih banyak.
Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...
Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3050/30_November_2025_Upac…
5 days ago | [YT] | 56