Pada tanggal 7 Desember 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) di Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩). Usai Homa paripurna, Dharmaraja mengumumkan bahwa hari Minggu besar, 14 Desember 2025, pukul 3 sore, akan menyelenggarakan Upacara Homa Vajra Kalacakra (Shilun Jin’gang/時輪金剛).
Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan: “Wah! Sudah lama tidak menggelar Homa Vajra Kalacakra.” Beliau mengenang Guru Thubten Dhargye pernah berpesan, untuk membabarkan Sadhana Kalacakra di seluruh benua di dunia. Dharmaraja menekankan, Sadhana Vajra Kalacakra termasyhur dengan Sadhana Mencapai Kebuddhaan Dalam Tujuh Kehidupan, asalkan pernah menerima abhiseka ini, tidak peduli bagaimana pun, dalam tujuh kehidupan pasti menjadi Buddha, oleh karena itu, upacara homa minggu depan, sangat penting.
Dharmaraja mengungkapkan keistimewaan Istadewata hari ini, Bodhisatwa Mahapratisara: “Sesungguhnya homa hari ini juga sangat penting, Bodhisatwa Mahapratisara, bagaimana Anda memohon, maka begitu lah Beliau menganugerahkan kepada Anda, inilah Bodhisatwa Mahapratisara.” Kemudian, Dharmaraja memberitahukan mudra dari Vajra Kalacakra, Istadewata homa minggu depan, dan memperagakan mudra tersebut, mengungkapkan bahwa mudra ini merupakan salah satu mudra di antara Delapan Mudra Utama Bodhisatwa Mahapratisara. Lebih lanjut, Dharmaraja mengajarkan Mantra Dasa Aksara Kalacakra: “Om. Ha. Ka Ma La. Wa La Ya. Suo Ha.”, Mantra Dasa Aksara ini terdiri dari sepuluh aksara, tiap aksara mengandung makna istimewa. Dharmaraja Lian Sheng menekankan, Vajra Kalacakra adalah Vajra yang sangat termasyhur, dipandang sebagai salah satu di antara Panca Maha Vajra, dan dihormati dalam beberapa silsilah.
Dharmaraja membabarkan Asta Mudra Pratisara, dalam homa, Beliau membentuk Asta Mudra ini, termasuk di antaranya, Mudra Panca Sula Dalam, Mudra Kalacakra, dan lain-lain, dan setelah membentuk Asta Mudra, dilanjutkan dengan membentuk Mudra Sutra Sanskerta, dan menggosoknya sebanyak tiga kali, ini bisa menyentuh Hati Mula Bodhisatwa, sehingga permohonan sadhaka bisa memperoleh yoga.
Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan nama lengkap Sutra Bodhisatwa Mahapratisara: “Sutra Dharani Mudra Hati Mahapartisara Aparajita Maha Vidyarajni Dengan Nyala Suci Menerangi Semesta”. Dharmaraja mengungkapkan, bahwa dalam Sutra tersebut, saat Rahula, putra Buddha Sakyamuni, masih berada dalam rahim Sang Ibu, dimasukkan ke dalam kobaran api, dengan mengandalkan batin merapal Mantra Mahapratisara: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Api pun padam, dan kobaran api berubah menjadi kolam padma, ini menandakan daya gaib mantra yang luar biasa.
Dharmaraja menekankan, pahala Bodhisatwa Mahapratisara yang terutama adalah Dharani Yang Maha Leluasa Dalam Mengabulkan Harapan. Dalam Sutra disebutkan, mendengar, menerima, merapal, mempertahankan, menyalin, dan menyebarluaskan mantra ini, dapat memperoleh banyak pahala, seperti tidak celaka oleh api dan racun, dapat menaklukkan musuh, menghancurkan neraka anantarya, keselamatan bersalin, terhindar dari masalah yang disebabkan oleh raja, dan lain sebagainya. Dharmaraja mengingatkan, meskipun Beliau dapat mengabulkan harapan insan, tetapi sadhaka wajib tahu batas, tidak boleh memohon sembarangan.
Mahaguru Lu masuk melalui makna mendasar Dharma Buddha, berbagi pemahaman akan Sutra Surangama. Sutra mengumpamakan tubuh jasmani yang dilahirkan oleh orang tua sebagai: “Sebutir debu di angkasa”, dan “Satu buih air di samudra”, setiap saat bisa lenyap, tidak kekal. Merenungkannya, Dharmaraja mengungkapkan: “Apa yang masih Anda lekati? Apa yang Aku risaukan?” Beliau berbincang dengan Mahadewi Yaochi, hidup ini ibarat ilusi mimpi, di malam hari masih ada mimpi lagi, sungguh merupakan: mimpi dalam mimpi, segalanya kecil semata. Beliau menggunakan perbandingan, astronot di luar angkasa, melihat ke bumi, tampak sangat kecil, memandang insan di dunia masih terus berselisih, sungguh absurd.
Dharmaraja menyimpulkan, Sang Buddha mengajarkan kepada kita, hidup di dunia saha ini hanya sebutir debu, satu bulir buih, sesungguhnya kita ada dalam mimpi, segalanya tiada, sekarang juga sedang bermimpi, mimpi dalam mimpi. Oleh karena itu, tidak ada yang pantas untuk dilekati, juga tidak patut dirisaukan. Dharmaraja Lian Sheng menasihati semua, mesti bisa menyadari dan ikhlas, jika tidak, Anda akan diikat oleh kerisauan dan kemelekatan, lebih baik melepas duka, dan lebih berbahagia.
Dharmaraja mengungkapkan hal lucu, Beliau pernah diramalkan akan mangkat pada usia 73, kini sudah melewati 80 tahun dan hidup sangat baik. Beliau menyemangati semua, lihatlah dengan jelas bahwa hidup ini ibarat mimpi dan tidak kekal, tidak perlu takut, lepaskan kerisauan dan kemelekatan, “Setiap hari cukup menjalani keseharian dengan penuh makna.”
Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...
TBSNTV Indonesia 真佛宗網路電視台—印尼
𝟕 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝐔𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐇𝐨𝐦𝐚 𝐁𝐨𝐝𝐡𝐢𝐬𝐚𝐭𝐰𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐩𝐫𝐚𝐭𝐢𝐬𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐓𝐞𝐦𝐩𝐥𝐞
Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 7 Desember 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) di Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Bodhisatwa Mahapratisara (Dasuiqiu Pusa/大隨求菩薩). Usai Homa paripurna, Dharmaraja mengumumkan bahwa hari Minggu besar, 14 Desember 2025, pukul 3 sore, akan menyelenggarakan Upacara Homa Vajra Kalacakra (Shilun Jin’gang/時輪金剛).
Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan: “Wah! Sudah lama tidak menggelar Homa Vajra Kalacakra.” Beliau mengenang Guru Thubten Dhargye pernah berpesan, untuk membabarkan Sadhana Kalacakra di seluruh benua di dunia. Dharmaraja menekankan, Sadhana Vajra Kalacakra termasyhur dengan Sadhana Mencapai Kebuddhaan Dalam Tujuh Kehidupan, asalkan pernah menerima abhiseka ini, tidak peduli bagaimana pun, dalam tujuh kehidupan pasti menjadi Buddha, oleh karena itu, upacara homa minggu depan, sangat penting.
Dharmaraja mengungkapkan keistimewaan Istadewata hari ini, Bodhisatwa Mahapratisara: “Sesungguhnya homa hari ini juga sangat penting, Bodhisatwa Mahapratisara, bagaimana Anda memohon, maka begitu lah Beliau menganugerahkan kepada Anda, inilah Bodhisatwa Mahapratisara.” Kemudian, Dharmaraja memberitahukan mudra dari Vajra Kalacakra, Istadewata homa minggu depan, dan memperagakan mudra tersebut, mengungkapkan bahwa mudra ini merupakan salah satu mudra di antara Delapan Mudra Utama Bodhisatwa Mahapratisara. Lebih lanjut, Dharmaraja mengajarkan Mantra Dasa Aksara Kalacakra: “Om. Ha. Ka Ma La. Wa La Ya. Suo Ha.”, Mantra Dasa Aksara ini terdiri dari sepuluh aksara, tiap aksara mengandung makna istimewa. Dharmaraja Lian Sheng menekankan, Vajra Kalacakra adalah Vajra yang sangat termasyhur, dipandang sebagai salah satu di antara Panca Maha Vajra, dan dihormati dalam beberapa silsilah.
Dharmaraja membabarkan Asta Mudra Pratisara, dalam homa, Beliau membentuk Asta Mudra ini, termasuk di antaranya, Mudra Panca Sula Dalam, Mudra Kalacakra, dan lain-lain, dan setelah membentuk Asta Mudra, dilanjutkan dengan membentuk Mudra Sutra Sanskerta, dan menggosoknya sebanyak tiga kali, ini bisa menyentuh Hati Mula Bodhisatwa, sehingga permohonan sadhaka bisa memperoleh yoga.
Dharmaraja Lian Sheng menyebutkan nama lengkap Sutra Bodhisatwa Mahapratisara: “Sutra Dharani Mudra Hati Mahapartisara Aparajita Maha Vidyarajni Dengan Nyala Suci Menerangi Semesta”. Dharmaraja mengungkapkan, bahwa dalam Sutra tersebut, saat Rahula, putra Buddha Sakyamuni, masih berada dalam rahim Sang Ibu, dimasukkan ke dalam kobaran api, dengan mengandalkan batin merapal Mantra Mahapratisara: “Om. Ma Ha Bo La Di. Sa Luo. Suo Ha.” Api pun padam, dan kobaran api berubah menjadi kolam padma, ini menandakan daya gaib mantra yang luar biasa.
Dharmaraja menekankan, pahala Bodhisatwa Mahapratisara yang terutama adalah Dharani Yang Maha Leluasa Dalam Mengabulkan Harapan. Dalam Sutra disebutkan, mendengar, menerima, merapal, mempertahankan, menyalin, dan menyebarluaskan mantra ini, dapat memperoleh banyak pahala, seperti tidak celaka oleh api dan racun, dapat menaklukkan musuh, menghancurkan neraka anantarya, keselamatan bersalin, terhindar dari masalah yang disebabkan oleh raja, dan lain sebagainya. Dharmaraja mengingatkan, meskipun Beliau dapat mengabulkan harapan insan, tetapi sadhaka wajib tahu batas, tidak boleh memohon sembarangan.
Mahaguru Lu masuk melalui makna mendasar Dharma Buddha, berbagi pemahaman akan Sutra Surangama. Sutra mengumpamakan tubuh jasmani yang dilahirkan oleh orang tua sebagai: “Sebutir debu di angkasa”, dan “Satu buih air di samudra”, setiap saat bisa lenyap, tidak kekal. Merenungkannya, Dharmaraja mengungkapkan: “Apa yang masih Anda lekati? Apa yang Aku risaukan?” Beliau berbincang dengan Mahadewi Yaochi, hidup ini ibarat ilusi mimpi, di malam hari masih ada mimpi lagi, sungguh merupakan: mimpi dalam mimpi, segalanya kecil semata. Beliau menggunakan perbandingan, astronot di luar angkasa, melihat ke bumi, tampak sangat kecil, memandang insan di dunia masih terus berselisih, sungguh absurd.
Dharmaraja menyimpulkan, Sang Buddha mengajarkan kepada kita, hidup di dunia saha ini hanya sebutir debu, satu bulir buih, sesungguhnya kita ada dalam mimpi, segalanya tiada, sekarang juga sedang bermimpi, mimpi dalam mimpi. Oleh karena itu, tidak ada yang pantas untuk dilekati, juga tidak patut dirisaukan. Dharmaraja Lian Sheng menasihati semua, mesti bisa menyadari dan ikhlas, jika tidak, Anda akan diikat oleh kerisauan dan kemelekatan, lebih baik melepas duka, dan lebih berbahagia.
Dharmaraja mengungkapkan hal lucu, Beliau pernah diramalkan akan mangkat pada usia 73, kini sudah melewati 80 tahun dan hidup sangat baik. Beliau menyemangati semua, lihatlah dengan jelas bahwa hidup ini ibarat mimpi dan tidak kekal, tidak perlu takut, lepaskan kerisauan dan kemelekatan, “Setiap hari cukup menjalani keseharian dengan penuh makna.”
Artikel selengkapnya dapat Anda temukan pada tautan sumber berikut ini...
Sumber: id.tbsn.org/news/detail/3056/7_Desember_2025_Upaca…
3 days ago | [YT] | 225