Ketika sunyi mulai menggelayut di dahan-dahan malam yang letih, ada desir halus yang memanggil dari celah angin yang pelan berbisik.
Ia turun perlahan membalut hati yang kehilangan kata, menyentuh pori-pori rindu yang lama tak tersentuh tatap.
Sunyi itu menua di pangkuan waktu, tapi tetap bening seperti embun pagi— mengajarkan kita diam, mengajarkan kita mendengar diri sendiri.
Dan pada akhirnya, ketika sunyi benar-benar menetap, kita tahu: ada luka yang mereda, ada doa yang tumbuh, ada jiwa yang kembali pulang ke tempat paling hening dalam dada.
Di lembah hijau tempat matahari turun perlahan, Jember berdiri tenang seperti doa yang tak pernah putus. Angin membawa harum tembakau dan kopi pagi, membelai kenangan yang tumbuh di antara bukit dan sawah.
Di jalan-jalan kecil yang bersahabat, setiap senyum seperti sahabat lama yang kembali pulang. Langitnya luas, menampung mimpi dan rindu, seakan berkata, “di sini, kau selalu diterima.”
Di malam hari, lampu kota menyala lembut, bukan untuk bermegah, tetapi untuk menemani langkah. Jember bukan sekadar tempat tinggal, ia adalah rumah yang berbicara dengan hati.
Dan di setiap sudut damainya, ada kisah sederhana yang membuat hidup terasa penuh. Kota Jemberku—tempat dunia terasa pelan, dan jiwa belajar untuk bersyukur kembali
Di antara langkah yang kadang goyah, kita temukan pegangan pada bahu yang lain. Tak ada perjalanan yang benar-benar sendiri, sebab suara kita bersatu dalam irama yang sama.
Kita mungkin berbeda dalam cara berpikir, namun tujuan yang sama membuat kita mendekat. Perbedaan menjadi warna, bukan jurang yang memisahkan arah.
Ketika satu lelah, yang lain menguatkan, ketika satu terjatuh, tangan-tangan terulur. Tak ada kata “aku” yang berdiri sendiri, sebab “kita” lebih kuat dari apa pun yang mencoba memecah.
Dalam rapat ide, dalam sunyi pekerjaan, dalam tawa, dalam tekanan, kekompakan tumbuh seperti pohon: akar percaya, batang setia, dan daun saling melindungi.
Maka berjalanlah, dengan langkah yang sama, bahu yang seirama— sebab tim yang kompak adalah rumah bagi kemenangan, dan tempat pulang bagi mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan bersama.
Ada masa yang tak pernah pudar dari ingatan—masa ketika hidup di desa berjalan pelan, tetapi penuh warna. Pagi hari dimulai dengan aroma tanah basah, suara ayam berkokok, dan kabut tipis yang menggelayut di pucuk-pucuk bambu. Langkah kecil menuju sungai terasa seperti perjalanan ke dunia lain; jernihnya air menjadi cermin bagi mimpi-mimpi kecil yang tumbuh dalam hati.
Di antara hamparan sawah, angin selalu membawa cerita. Kadang tentang petani yang tertawa sambil merapikan caping, kadang tentang anak-anak yang berlari tak kenal lelah mengejar layang-layang buatan mereka sendiri. Setiap sudut desa menyimpan kehangatan: dangau tempat istirahat, jalan tanah yang berdebu, hingga pohon besar tempat remaja desa bercerita hingga senja tiba.
Yang paling indah bukan hanya pemandangannya, tetapi rasa kebersamaan yang sulit ditemukan di tempat lain. Semua orang saling mengenal, saling membantu, saling menjaga. Saat panen tiba, suasana berubah menjadi pesta kecil—seribu senyum yang lahir dari kerja keras dan syukur.
Kini, ketika waktu membawa kita jauh dari masa itu, hati tetap kembali ke desa. Tempat di mana segalanya sederhana, tetapi justru di sana kebahagiaan terasa paling lengkap.
Kota Jember adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara administratif, Jember sebenarnya belum berstatus kota otonom, melainkan merupakan bagian dari Kabupaten Jember dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Kaliwates. Berikut beberapa informasi menarik tentang Jember:
🌾 1. Letak dan Geografi Jember berada di antara Kota Bondowoso, Lumajang, dan Banyuwangi. Wilayahnya cukup subur karena diapit oleh Pegunungan Argopuro di utara dan Gunung Raung di timur. Banyak sungai yang mengalir, membuat tanahnya cocok untuk pertanian dan perkebunan.
🎓 2. Pendidikan dan Kampus Jember dikenal sebagai kota pelajar di wilayah tapal kuda Jawa Timur. Di sini terdapat Universitas Jember (UNEJ) yang cukup terkenal, serta banyak sekolah dan kampus lain yang menarik mahasiswa dari berbagai daerah.
🎭 3. Budaya dan Pariwisata Salah satu ikon budayanya adalah Jember Fashion Carnaval (JFC) — festival busana kelas dunia yang menampilkan kostum spektakuler hasil karya masyarakat lokal. Selain itu, Jember punya banyak tempat wisata seperti:
Pantai Papuma (Pasir Putih Malikan)
Pantai Watu Ulo
Kawasan Puncak Rembangan
Air Terjun Tancak
Agrowisata kopi dan tembakau
☕ 4. Ekonomi dan Hasil Bumi Jember terkenal dengan kopi, tembakau, dan cokelat. Bahkan, tembakaunya dikenal sebagai salah satu bahan terbaik untuk cerutu dunia.
🎶 5. Masyarakat dan Bahasa Masyarakat Jember sangat beragam — sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dialek Arekan, tapi di beberapa daerah selatan dan timur juga banyak yang berbahasa Madura. SELAMAT DATANG DI KOTA JEMBER
Aku dan kampungku— seperti dua garis tua yang tak pernah benar-benar putus; di sana akar mengikat namaku, di sini angin membawa rindu pulang tanpa perlu alasan.
Di jalan tanah yang dulu kupijak ada jejak kecil masa kanak, tertawa pecah di antara ilalang, mimpi terbang di atas sungai yang memantulkan cahaya senja.
Aku dan kampungku— kadang berjauhan, kadang hanya sehela napas saja; di tiap desiran angin, di tiap denting lesung padi, ada panggilan halus yang membuatku menoleh.
Dan bila malam turun pelan, dengan bintang yang menjagakan kenangan, aku tahu kampungku masih di sana: sederhana, sabar, menunggu langkahku kembali meski jarak tumbuh setinggi bukit.
Aku dan kampungku— sepi yang selalu hangat, rindu yang selalu pulang.
Ketika hari ini datang tanpa janji, aku menatap langit yang separuh mendung, separuh lagi menyimpan cahaya pagi —seperti hati yang ragu antara luka dan harapan baru.
Di jalan berdebu, langkahku meninggalkan jejak, namun angin menghapusnya tanpa pamit. Mungkin begitulah waktu, ia tak peduli siapa yang berusaha mengingat.
Ketika hari ini menyentuh pundak, aku belajar menerima yang pergi, dan memeluk yang masih tinggal— dengan tangan yang tak lagi menggenggam sekuat dulu.
Ada senyum kecil di sela letih, ada doa yang tak terucap tapi hangat di dada. Sebab hari ini, aku tak lagi berlari mengejar masa lalu, cukup berjalan bersama takdir yang perlahan kupahami sebagai rumah.
Pagi itu, embun masih menempel di pucuk daun pisang, dan ayam jantan baru saja menuntaskan kokoknya yang terakhir. Aku berdiri di tepi sawah, memandangi garis cakrawala yang membelah langit dan bumi. Di sanalah desaku—tempat aku dilahirkan, tumbuh, dan belajar tentang arti sederhana dari hidup.
Dulu, aku ingin cepat pergi. Aku ingin mengenal kota, ingin tahu seperti apa dunia di luar pagar bambu yang mengelilingi rumahku. Tapi setelah bertahun-tahun merantau, aku menyadari, bukan gedung tinggi atau lampu malam yang membuat hati tenteram. Yang kurindukan selalu sama: suara jangkrik di malam hari, bau tanah basah setelah hujan, dan tawa anak-anak yang berlari di jalan setapak.
Kini aku kembali. Tidak dengan banyak uang, tidak juga dengan gelar yang panjang. Aku hanya membawa tekad: satu langkah kecil buat desaku.
Aku menanam pohon di tanah lapang bekas kebun kakek. Aku ajak anak-anak desa untuk menulis mimpinya di atas kertas, lalu kami gantungkan di rantingnya. Setiap minggu, kami datang lagi, menyiram pohon itu bersama, sambil membaca cita-cita kami yang tertulis di situ. Ada yang ingin jadi guru, ada yang ingin jadi dokter, dan ada pula yang hanya ingin menjaga sawah ayahnya agar tetap hijau.
Kadang aku berpikir, mungkin langkahku ini terlalu kecil. Tapi setiap kali aku melihat senyum mereka, aku tahu: sesuatu sedang tumbuh—bukan hanya pohon, tapi harapan.
Desaku tidak butuh banyak hal. Ia hanya butuh satu orang yang peduli, satu hati yang tak lelah mencintai, satu langkah kecil yang tulus dijalani. Dan jika setiap anak desa mengambil satu langkah kecil, mungkin suatu hari nanti, dunia akan tahu bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tanah kecil yang disebut rumah. 🌾 👉☕☕☕
S.K.
Ketika sunyi mulai menggelayut
di dahan-dahan malam yang letih,
ada desir halus yang memanggil
dari celah angin yang pelan berbisik.
Ia turun perlahan
membalut hati yang kehilangan kata,
menyentuh pori-pori rindu
yang lama tak tersentuh tatap.
Sunyi itu menua di pangkuan waktu,
tapi tetap bening seperti embun pagi—
mengajarkan kita diam,
mengajarkan kita mendengar diri sendiri.
Dan pada akhirnya,
ketika sunyi benar-benar menetap,
kita tahu:
ada luka yang mereda,
ada doa yang tumbuh,
ada jiwa yang kembali pulang
ke tempat paling hening
dalam dada.
1 week ago | [YT] | 5
View 3 replies
S.K.
Kota Jemberku yang Damai
Di lembah hijau tempat matahari turun perlahan,
Jember berdiri tenang seperti doa yang tak pernah putus.
Angin membawa harum tembakau dan kopi pagi,
membelai kenangan yang tumbuh di antara bukit dan sawah.
Di jalan-jalan kecil yang bersahabat,
setiap senyum seperti sahabat lama yang kembali pulang.
Langitnya luas, menampung mimpi dan rindu,
seakan berkata, “di sini, kau selalu diterima.”
Di malam hari, lampu kota menyala lembut,
bukan untuk bermegah, tetapi untuk menemani langkah.
Jember bukan sekadar tempat tinggal,
ia adalah rumah yang berbicara dengan hati.
Dan di setiap sudut damainya,
ada kisah sederhana yang membuat hidup terasa penuh.
Kota Jemberku—tempat dunia terasa pelan,
dan jiwa belajar untuk bersyukur kembali
1 week ago | [YT] | 4
View 1 reply
S.K.
Kita Adalah Satu
Di antara langkah yang kadang goyah,
kita temukan pegangan pada bahu yang lain.
Tak ada perjalanan yang benar-benar sendiri,
sebab suara kita bersatu dalam irama yang sama.
Kita mungkin berbeda dalam cara berpikir,
namun tujuan yang sama membuat kita mendekat.
Perbedaan menjadi warna,
bukan jurang yang memisahkan arah.
Ketika satu lelah, yang lain menguatkan,
ketika satu terjatuh, tangan-tangan terulur.
Tak ada kata “aku” yang berdiri sendiri,
sebab “kita” lebih kuat dari apa pun yang mencoba memecah.
Dalam rapat ide, dalam sunyi pekerjaan,
dalam tawa, dalam tekanan,
kekompakan tumbuh seperti pohon:
akar percaya, batang setia, dan daun saling melindungi.
Maka berjalanlah,
dengan langkah yang sama, bahu yang seirama—
sebab tim yang kompak
adalah rumah bagi kemenangan,
dan tempat pulang bagi mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan bersama.
2 weeks ago | [YT] | 3
View 5 replies
S.K.
Masa-masa Indah Hidup di Desa
Ada masa yang tak pernah pudar dari ingatan—masa ketika hidup di desa berjalan pelan, tetapi penuh warna. Pagi hari dimulai dengan aroma tanah basah, suara ayam berkokok, dan kabut tipis yang menggelayut di pucuk-pucuk bambu. Langkah kecil menuju sungai terasa seperti perjalanan ke dunia lain; jernihnya air menjadi cermin bagi mimpi-mimpi kecil yang tumbuh dalam hati.
Di antara hamparan sawah, angin selalu membawa cerita. Kadang tentang petani yang tertawa sambil merapikan caping, kadang tentang anak-anak yang berlari tak kenal lelah mengejar layang-layang buatan mereka sendiri. Setiap sudut desa menyimpan kehangatan: dangau tempat istirahat, jalan tanah yang berdebu, hingga pohon besar tempat remaja desa bercerita hingga senja tiba.
Yang paling indah bukan hanya pemandangannya, tetapi rasa kebersamaan yang sulit ditemukan di tempat lain. Semua orang saling mengenal, saling membantu, saling menjaga. Saat panen tiba, suasana berubah menjadi pesta kecil—seribu senyum yang lahir dari kerja keras dan syukur.
Kini, ketika waktu membawa kita jauh dari masa itu, hati tetap kembali ke desa. Tempat di mana segalanya sederhana, tetapi justru di sana kebahagiaan terasa paling lengkap.
4 weeks ago | [YT] | 7
View 8 replies
S.K.
❤️ KOTA JEMBER❤️
Kota Jember adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara administratif, Jember sebenarnya belum berstatus kota otonom, melainkan merupakan bagian dari Kabupaten Jember dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Kaliwates. Berikut beberapa informasi menarik tentang Jember:
🌾 1. Letak dan Geografi
Jember berada di antara Kota Bondowoso, Lumajang, dan Banyuwangi. Wilayahnya cukup subur karena diapit oleh Pegunungan Argopuro di utara dan Gunung Raung di timur. Banyak sungai yang mengalir, membuat tanahnya cocok untuk pertanian dan perkebunan.
🎓 2. Pendidikan dan Kampus
Jember dikenal sebagai kota pelajar di wilayah tapal kuda Jawa Timur. Di sini terdapat Universitas Jember (UNEJ) yang cukup terkenal, serta banyak sekolah dan kampus lain yang menarik mahasiswa dari berbagai daerah.
🎭 3. Budaya dan Pariwisata
Salah satu ikon budayanya adalah Jember Fashion Carnaval (JFC) — festival busana kelas dunia yang menampilkan kostum spektakuler hasil karya masyarakat lokal. Selain itu, Jember punya banyak tempat wisata seperti:
Pantai Papuma (Pasir Putih Malikan)
Pantai Watu Ulo
Kawasan Puncak Rembangan
Air Terjun Tancak
Agrowisata kopi dan tembakau
☕ 4. Ekonomi dan Hasil Bumi
Jember terkenal dengan kopi, tembakau, dan cokelat. Bahkan, tembakaunya dikenal sebagai salah satu bahan terbaik untuk cerutu dunia.
🎶 5. Masyarakat dan Bahasa
Masyarakat Jember sangat beragam — sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dialek Arekan, tapi di beberapa daerah selatan dan timur juga banyak yang berbahasa Madura.
SELAMAT DATANG DI KOTA JEMBER
1 month ago | [YT] | 21
View 7 replies
S.K.
Aku dan Kampungku
Aku dan kampungku—
seperti dua garis tua
yang tak pernah benar-benar putus;
di sana akar mengikat namaku,
di sini angin membawa rindu pulang
tanpa perlu alasan.
Di jalan tanah yang dulu kupijak
ada jejak kecil masa kanak,
tertawa pecah di antara ilalang,
mimpi terbang di atas sungai
yang memantulkan cahaya senja.
Aku dan kampungku—
kadang berjauhan,
kadang hanya sehela napas saja;
di tiap desiran angin,
di tiap denting lesung padi,
ada panggilan halus
yang membuatku menoleh.
Dan bila malam turun pelan,
dengan bintang yang menjagakan kenangan,
aku tahu kampungku masih di sana:
sederhana, sabar,
menunggu langkahku kembali
meski jarak tumbuh setinggi bukit.
Aku dan kampungku—
sepi yang selalu hangat,
rindu yang selalu pulang.
1 month ago | [YT] | 3
View 0 replies
S.K.
Ketika Hari Ini
Ketika hari ini datang tanpa janji,
aku menatap langit yang separuh mendung,
separuh lagi menyimpan cahaya pagi
—seperti hati yang ragu antara luka dan harapan baru.
Di jalan berdebu, langkahku meninggalkan jejak,
namun angin menghapusnya tanpa pamit.
Mungkin begitulah waktu,
ia tak peduli siapa yang berusaha mengingat.
Ketika hari ini menyentuh pundak,
aku belajar menerima yang pergi,
dan memeluk yang masih tinggal—
dengan tangan yang tak lagi menggenggam sekuat dulu.
Ada senyum kecil di sela letih,
ada doa yang tak terucap tapi hangat di dada.
Sebab hari ini,
aku tak lagi berlari mengejar masa lalu,
cukup berjalan bersama takdir
yang perlahan kupahami sebagai rumah.
1 month ago | [YT] | 2
View 4 replies
S.K.
Dangau....
Di ujung sawah yang menua,
berdiri sunyi sebuah dangau,
atap rumbia menunduk tua,
menyimpan kisah masa lalu.
Pernah di sana tawa bersahut,
dengan gemericik air irigasi,
dan tangan-tangan penuh lumpur
menyeka peluh dengan rasa syukur.
Kini hanya angin berbisik pelan,
membelai tiang bambu yang retak,
menyapa kenangan yang enggan hilang,
tentang ayah, tentang waktu yang tak kembali.
Namun setiap senja menetes lembut,
aku datang membawa rindu,
duduk di dangau itu,
menyulam doa untuk yang telah berlalu.
Sebab di antara jerami dan bayang jingga,
aku tahu —
masih ada cinta yang tumbuh,
meski waktu tak lagi menanamnya.
👉🇮🇩🇮🇩🇮🇩
1 month ago | [YT] | 4
View 6 replies
S.K.
Satu Langkah Kecil Buat Desaku
Pagi itu, embun masih menempel di pucuk daun pisang, dan ayam jantan baru saja menuntaskan kokoknya yang terakhir. Aku berdiri di tepi sawah, memandangi garis cakrawala yang membelah langit dan bumi. Di sanalah desaku—tempat aku dilahirkan, tumbuh, dan belajar tentang arti sederhana dari hidup.
Dulu, aku ingin cepat pergi. Aku ingin mengenal kota, ingin tahu seperti apa dunia di luar pagar bambu yang mengelilingi rumahku. Tapi setelah bertahun-tahun merantau, aku menyadari, bukan gedung tinggi atau lampu malam yang membuat hati tenteram. Yang kurindukan selalu sama: suara jangkrik di malam hari, bau tanah basah setelah hujan, dan tawa anak-anak yang berlari di jalan setapak.
Kini aku kembali. Tidak dengan banyak uang, tidak juga dengan gelar yang panjang. Aku hanya membawa tekad: satu langkah kecil buat desaku.
Aku menanam pohon di tanah lapang bekas kebun kakek. Aku ajak anak-anak desa untuk menulis mimpinya di atas kertas, lalu kami gantungkan di rantingnya. Setiap minggu, kami datang lagi, menyiram pohon itu bersama, sambil membaca cita-cita kami yang tertulis di situ. Ada yang ingin jadi guru, ada yang ingin jadi dokter, dan ada pula yang hanya ingin menjaga sawah ayahnya agar tetap hijau.
Kadang aku berpikir, mungkin langkahku ini terlalu kecil. Tapi setiap kali aku melihat senyum mereka, aku tahu: sesuatu sedang tumbuh—bukan hanya pohon, tapi harapan.
Desaku tidak butuh banyak hal. Ia hanya butuh satu orang yang peduli, satu hati yang tak lelah mencintai, satu langkah kecil yang tulus dijalani. Dan jika setiap anak desa mengambil satu langkah kecil, mungkin suatu hari nanti, dunia akan tahu bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tanah kecil yang disebut rumah. 🌾
👉☕☕☕
1 month ago | [YT] | 5
View 4 replies
S.K.
Alhamdulillah semuanya berjalan lancar.🤪🤪
1 month ago | [YT] | 5
View 8 replies
Load more