Awal kedatangan tentara Sekutu di Jawa sudah dimulai sejak akhir September 1945. Tujuan utama mereka berdasarkan pada kesepakatan diantara negara-negara pemenang Perang dunia II diantaranya adalah menerima penyerahan Jepang, melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan orang Eropa dari kamp-kamp tawanan Jepang, memulangkan tentara Jepang ke negerinya, dan memulihkan keamanan di wilayah-wilayah bekas dudukan Jepang. Untuk wilayah Indonesia terutama Jawa dan Sumatera, pihak Sekutu menugaskan komandonya berada di bawah tentara Inggris yang kemudian membentuk AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies/ Pasukan Sekutu Hindia Belanda) yang sebagaimana telah diduga membonceng di dalamnya orang-orang Belanda yang sudah disiapkan untuk kembali mendirikan pemerintahan sipil mereka di bekas Hindia Belanda dan menghapus pemerintahan Indonesia yang telah berdiri 17 Agustus 1945, mereka berada di bawah sebuah lembaga pemerintahan semimiliter NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Tentara Inggris baru mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dengan membawa misi damai tetapi hanya selang beberapa hari setelah itu tentara Inggris malah menduduki gedung-gedung penting di Surabaya. Pemicu perang berikutnya adalah Inggris mendapati bahwa senjata tentara Jepang yang akan mereka lucuti sebagaimana yang telah ditugaskan Sekutu kepada mereka telah direbut rakyat Surabaya. Melalui pamflet-pamflet yang Inggris sebarkan melalui pesawat tempur, Inggris memerintahkan agar rakyat menyerahkan senjata yang telah mereka rampas dari tentara Jepang, kontak senjata pun tak terelakan pada 27 Oktober 1945. Puncaknya adalah ketika Inggris menemukan pimpinan militer mereka Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas terbunuh dalam sebuah serangan pada 30 Oktober, mobil yang ditumpangi Jenderal Mallaby hangus terbakar karena lemparan granat. Peristiwa itulah yang membuat tentara Inggris marah besar dan mengeluarkan ultimatum kepada seluruh rakyat Surabaya agar menyerah sambil meletakkan tangan di atas kepala jika ultimatum itu tidak dipenuhi pada waktu yang telah ditetapkan maka tentara Inggris dengan kekuatan penuh dari darat, laut, dan udara akan menghancurkan kota Surabaya. Dinilai sebagai bentuk penghinaan, rakyat Surabaya enggan menyerah, dengan bermodal senjata-senjata rampasan dari Jepang dan tanpa pengetahuan militer rakyat Surabaya nekat meladeni tentara Inggris yang jauh lebih memiliki pengalaman perang dan persenjataan. Pkl 6 pagi tanggal 10 November 1945 bom pertama dijatuhkan, awal dari pertempuran besar yang akan terus berlangsung beberapa hari setelahnya, Kota Surabaya porak poranda dan kehilangan belasan ribu nyawa rakyatnya. Peristiwa itulah yang kini kita kenal sebagai Hari Pahlawan.
MbN Files
Surabaya, 10 November 1945
Awal kedatangan tentara Sekutu di Jawa sudah dimulai sejak akhir September 1945. Tujuan utama mereka berdasarkan pada kesepakatan diantara negara-negara pemenang Perang dunia II diantaranya adalah menerima penyerahan Jepang, melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan orang Eropa dari kamp-kamp tawanan Jepang, memulangkan tentara Jepang ke negerinya, dan memulihkan keamanan di wilayah-wilayah bekas dudukan Jepang. Untuk wilayah Indonesia terutama Jawa dan Sumatera, pihak Sekutu menugaskan komandonya berada di bawah tentara Inggris yang kemudian membentuk AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies/ Pasukan Sekutu Hindia Belanda) yang sebagaimana telah diduga membonceng di dalamnya orang-orang Belanda yang sudah disiapkan untuk kembali mendirikan pemerintahan sipil mereka di bekas Hindia Belanda dan menghapus pemerintahan Indonesia yang telah berdiri 17 Agustus 1945, mereka berada di bawah sebuah lembaga pemerintahan semimiliter NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Tentara Inggris baru mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dengan membawa misi damai tetapi hanya selang beberapa hari setelah itu tentara Inggris malah menduduki gedung-gedung penting di Surabaya. Pemicu perang berikutnya adalah Inggris mendapati bahwa senjata tentara Jepang yang akan mereka lucuti sebagaimana yang telah ditugaskan Sekutu kepada mereka telah direbut rakyat Surabaya. Melalui pamflet-pamflet yang Inggris sebarkan melalui pesawat tempur, Inggris memerintahkan agar rakyat menyerahkan senjata yang telah mereka rampas dari tentara Jepang, kontak senjata pun tak terelakan pada 27 Oktober 1945. Puncaknya adalah ketika Inggris menemukan pimpinan militer mereka Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas terbunuh dalam sebuah serangan pada 30 Oktober, mobil yang ditumpangi Jenderal Mallaby hangus terbakar karena lemparan granat. Peristiwa itulah yang membuat tentara Inggris marah besar dan mengeluarkan ultimatum kepada seluruh rakyat Surabaya agar menyerah sambil meletakkan tangan di atas kepala jika ultimatum itu tidak dipenuhi pada waktu yang telah ditetapkan maka tentara Inggris dengan kekuatan penuh dari darat, laut, dan udara akan menghancurkan kota Surabaya. Dinilai sebagai bentuk penghinaan, rakyat Surabaya enggan menyerah, dengan bermodal senjata-senjata rampasan dari Jepang dan tanpa pengetahuan militer rakyat Surabaya nekat meladeni tentara Inggris yang jauh lebih memiliki pengalaman perang dan persenjataan. Pkl 6 pagi tanggal 10 November 1945 bom pertama dijatuhkan, awal dari pertempuran besar yang akan terus berlangsung beberapa hari setelahnya, Kota Surabaya porak poranda dan kehilangan belasan ribu nyawa rakyatnya. Peristiwa itulah yang kini kita kenal sebagai Hari Pahlawan.
MbN
5 years ago | [YT] | 54